Dan kini kita berada di tempat yang sama, kita membicarakan orang yang sama, tapi apa yang menyedot sinar di kedua bola matamu? Menggantikannya dengan kegelapan, wajahmu bergurat kekecewaan, tak kutemui lagi senyum malu-malu dan gelak tawa yang memuakkan, semua tergantikan dengan senyum getirmu, begitu mudahkah waktu mempermainkan kamu? Kamu sadar, kamu telah tersakiti pada akhirnya. Aku tidak perlu pura-pura bodoh dengan menganggap semua ini datang dengan sangat tiba-tiba, karena aku tau saat semua cerita itu dimulai, tapi kalian terlalu buta untuk merasakan kepahitan yang masih diselimuti indahnya masa itu, kegilaan kalian berujung lubang besar yang tersisa.
Dia menggilai orang lain. Menyisakan kehilangan yang dalam bagimu, kamu terlempar dari pusarannya, ada orang lain yang menggantikanmu, seseorang yang mungkin sudah gilirannya merasakan apa yang pernah kamu rasakan. Kamu seperti kehilangan arah, seperti tak tau harus berjalan kemana meski tapak demi tapak telah terbentang panjang di depan matamu, kamulah pecinta yang benar-benar jatuh, ada sesuatu yang tertinggal di belakang, kamu tak pernah yakin bisa melanjutkan hidup tanpanya, kamu tidak lagi utuh.
Sebenarnya saat ini jiwamu telah kau bagi menjadi dua. Jiwa pertama merupakan jiwa pro atas yang seharusnya memang terjadi. Ia lah yang mengajakmu kembali menjejak pada bumi, mengenali lagi hal besar bernama realita, seseorang sudah menciptakan goresan di hatimu, menembus tulangmu, kamu terlahir bukan untuk tersakiti, jiwamu menyingkap kabut dan menunjukkan kemana kamu harus melangkah, ada tahapan yang memang harus dilalui, ia tak akan membiarkanmu teriris untuk yang kesekian kalinya, hidup adalah bagaimana bertahan dan menjadi menang, bukan bagaimana kalah dan mengulang kembali, gambling yang benar-benar akan menghancurkan. Ketika dirimu sekarang belum memejamkan mata meski bulan sudah bergeser dan bintang sudah lelah menunjukkan eksistensinya hanya untuk memikirkan tentang dia yang sudah menancapkan samurai di dalam hati dan jiwamu. Setiap mili sekon dalam hidupmulah nama itu ada dan bercokol di otakmu, menggema dan menggaung seiring detak jantungmu. Dan dirinya disana sudah bercinta dengan bantal guling serta lipatan-lipatan selimut tanpa sedikitpun mengingat kamu, kamu adalah bongkahan usang yang ia sebut dengan masa lalu, tak layak diumbar kembali, tak guna untuk didengungkan lagi. Ada banyak hal yang masih kamu inginkan dan sudah tak bisa lagi ia berikan. Maka harusnya kamu melangkah; moving on.
Tak akan semudah itu. Setengah jiwamu merupakan impian yang terpendam, kekuatannya melampaui apa yang bisa ditembus oleh syaraf neutronmu, ia melesat menguasai otak dan pikiranmu, ialah yang membuatmu terus melayang tanpa ingat bagaimana kembali pada kenyataan, setengah dari dirimu masih menginstruksikan padamu untuk membuka pesan masuk email ataupun ponsel, berharap nama itu muncul dan semua akan kembali seperti semula. Kalian akan kembali berbicara, tertawa dan tergila-gila. Setengah dari jiwamu mengatakan dengan kerasnya bahwa ini hanyalah batu loncatan, ia terus memberimu jutaan alasan logis yang bisa kau terima dengan akal maupun perasaan mengapa ia melakukan semuanya, pada dasarnya, jiwamu yang ini, akan terus membawamu lari dari kenyataan, menghindarkanmu untuk tau apa yang sebenarnya terjadi dan menyadari sesuatu yang memang sudah terjadi padamu, kamu telah berdarah-darah dan kamu hanya berkata “ah, ini hanya luka kecil” sementara hemoglobinmu sudah tak sanggup lagi berproduksi.
Lalu kamu menyorot mataku yang terlalu banyak berjibaku dengan otakku sendiri, kita sudah melakukan terapi ini berulang kali, kamu sudah menanyakan dan menceritakan hal yang sama padaku berulang kali, dan kita berdua tau kalo ini bukanlah yang terakhir.
......
“Ini bukan akhir dari segalanya, semua tak akan berhenti disini. Semesta ini bergerak, hidup ini mengalir, kamu tidak akan berdiri konstan dalam garis yang sama, lihatlah bagaimana waktu mempermainkanmu, membolak-balik perasaan yang pernah kalian anggap selamanya, kamu telah berada pada batas gilamu, sudah saatnya kembali melompat ke fase yang lain, karena kamu tidak akan mau menjadi fosil yang diam tanpa berevolusi, kamu tidak akan mengurung dirimu dalam bingkai kaca di dalam museum, kamu akan bergerak, kamu akan menemukan kebahagiaan yang lain, karena cinta bukan lah yang pertama, namun yang terakhir dan selamanya. Ketika kamu masih bisa membuka mata dan melihat bagaimana orang lain tergila-gila, maka itulah saatnya kita mencari dan bergulung dalam proses, untuk akhirnya bahagian dengan the last one
Tak peduli pada akhirnya ia adalah diri kita sendiri... “
0 komentar:
Posting Komentar